Bagi sebagian orang, simcard atau nomor handphone adalah identitas. Bukan hanya nomor yang unik, mudah diingat atau nomor tersebut telah lama digunakan sehingga penting baginya untuk tidak beralih atau ganti nomor. Kalaupun mereka memakai nomor lain atau double itu lebih dikarenakan kebutuhan dan tetap menggunakan nomor pertama.
Banyaknya masyarakat yang menggunakan double number atau bahkan lebih sudah menjadi bagian trend pengguna gadget saat ini. Kondisi ini memunculkan produsen gadget menyodorkan panawaran smartphone dual number. Tentu ini adalah bagian dari keberhasilan membaca pasar.
Beberapa konsekuensi muncul baik di sisi pelanggan maupun provider penyedia jaringan. Disisi provider, jelas ini adalah tantangan untuk “mengikat” pelanggan sebagai upaya menciptakan loyalitas pelanggan. Menuntut strategi efektif karena persaingan provider jaringan tidak lagi seperti 20 tahun yang lalu. Sulit bagi mereka untuk menarik atau menambah dari pelanggan potensial. Pasar jenuh, jangankan menambah untuk mempertahankan pelanggan loyal saja sudah kelabakan. Belum kita bicara masalah jaringan “ketap ketip” yang bikin pelanggan kecewa dan lari ke pesaing. 
Disisi lain, konsekuensi pelanggan atau masyarakat dengan double number muncul beberapa masalah, misalnya anggaran pulsa bertambah, muncul tagihan atau pulsa habis karena ada program konten berbasis automatic REG tanpa tau bagaimana cara UNREG, kebijakan pembatasan kepemilikan number oleh pemerintah beberapa waktu lalu misalnya, lupa berapa nomor satu atau lainnya sampai dengan lupa isi pulsa. 
Khusus untuk lupa isi pulsa, bukan hal yang aneh karena beberapa alasan. Kesibukan kerja, handphone /number ketinggalan saat dinas luar kota atau luar negeri dalam jangka waktu tertentu, belum punya uang atau menunggu punya uang untuk beli pulsa maupun alasan-alasan lainnya. Kelupaan mengisi pulsa tidak menjadi masalah jika masih bisa diisi pada masa tenggang (ingat mengisi pulsa pada masa tersebut),  number card bukan number utama yang tidak atau belum dikenal orang atau memang number tersebut diposisikan hanya untuk kondisi tertentu sehingga habis pulsa atau promo di”pinggirkan”. 
Bagi number yang telah lama digunakan atau telah lama dikenal orang bahkan mungkin sudah digunakan untuk validasi data bank, afiliasi, pekerjaan atau lainnya, maka akan jadi moment masalah. Moment ini kemudian ditambah rumit ketika provider tidak memiliki layanan pengaktifan kembali nomor yang telah expired /habis masa tenggang alias hangus. Sebagian provider gentelmen dan mengerti keluhan pelanggan, katakanlah misalnya Telkomsel walaupun bersyarat. Telkomsel sadar dan paham bahwa pelanggan harus dirangkul harus dipertahankan dibina loyalitasnya. Beberapa strategi mereka berhasil ini ditunjukkan bahwa Telkomsel tetap menjadi leader market, walaupun mungkin laba tergerus, tetapi tetap dalam trend konsisten pada posisi atas. 
Competitor terdekat adalah Indosat. Lumayan strategi baca pasar dan persaingan. Merasa sedikit kelabakan (diakui atau tidak) melakukan sinergi dengan provider XL Indonesia. Walaupun banyak pelanggan kecewa pada jaringan, setidaknya mereka sadar bahwa Indosat XL tidak dapat bertempur sendirian di arena perang provider atau industri telekomunikasi. Sekali lagi hanya lumayan…
Kembali lagi ke masalah expired card. Penanganan keluhan pelanggan tentang hal tersebut,perlu diterapkan untuk lebih bagaimana keinginan pelanggan…bukan bagaimana provider merasa punya bergaining. Memberikan jawaban rasional, memberikan jawaban nyambung antar jawaban, memberikan solusi pasti, memberikan dan menarik kepercayaan, responsif, accurate jawaban, assurance atau pembentuk layanan prima lainnya. 
Saya mengalami ini, setidaknya dua provider,,,Telkomsel dan Indosat..  kebetulan provider lain saya tidak menggunakan. Termasuk masalah yang sama, expired card. Kualitas layanan dan bagaimana penanganannya… . Walaupun Telkomsel tidak sempurna, setidaknya.. lebih baik dari Indosat. Saya tidak menemukan yang saya inginkan atas expired card indosat saya. Bahkan saya tempuh cara berbeda bagaimana masalah saya beres. Nihil..  sayang sekali. . kesalahan lupa sehari saja..tidak dapat ampunanan..kartu yang telah lebih 10 tahun hilang dengan jawaban jawaban monoton bahkan ga nyambung. Mudah mudahan ini tidak akan menjadi pengalaman teman teman nantinya. Karena tidak semua provider care terhadap pelanggannya. Kecuali jika kebijakan solusi tersebut adalah wujud tunduk hukum pemerintah.,. 
Tetap Merdeka! !